Jumat, 17 Agustus 2012

Pengertian Efisiensi


Dalam mengukur efisiensi lembaga perbankan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menjelaskan konsep efisiensi yang akan digunakan. Sebagaimana dikemukakan oleh Berger and Mester (1997), salah satu sumber perbedaan hasil penelitian efisiensi adalah perbedaan konsep yang dipakai. Terdapat berbagai konsep efisiensi yang dikemukakan oleh para peneliti meskipun pada akhirnya dapat di cari titik temu dalam pengertiannya.
Berger dan Mester mengemukakan 3 konsep efisiensi ekonomis (economic efficiency) yang dianggapnya paling penting, yaitu: (1) cost efficiency, (2) standard profit efficiency, dan (3) alternative profit efficiency. Cost efficiency mengukur tingkat kedekatan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh suatu bank dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh bank terbaik (best practice bank) untuk menghasilkan jumlah output yang sama dalam kondisi yang sama. Semakin dekat bank tersebut kepada bank terbaik yang menjadi acuan maka akan semakin tinggi tingkat efisiensinya. Sebaliknya, semakin jauh bank tersebut dari bank terbaik akan semakin rendah tingkat efisiensinya.
Berbeda dengan cost efficiency, pendekatan standard profit efficiency menggunakan variabel laba (profit) sebagai pengganti variabel biaya (cost). Standard profit efficiency mengukur seberapa dekat sebuah bank kepada tingkat maksimum profit yang mungkin dihasilkan pada tingkat tertentu harga-harga input dan output. Pendekatan ketiga, alternative profit efficiency, merupakan pengembangan terbaru yang cukup menarik dalam analisa efisiensi. Pendekatan ini bisa membantu bila beberapa asumsi yang mendasari pendekatan cost efficiency dan standard profit efficiency tidak terpenuhi. Konsep efisiensi ini mengukur seberapa dekat suatu bank kepada perolehan profit maksimum dengan tingkat output tertentu, bukan tingkat harga dari output.
Agak berbeda dengan kategori di atas, Barr, et al. (1999) membedakan konsep efisiensi ke dalam 2 kategori, yaitu productive efficiency dan economic efficiency. Productive efficiency mengukur perbadingan tingkat input terhadap tingkat output. Untuk menjadi efisien sebuah perusahaan harus memaksimalkan output pada tingkat input tertentu atau meminimalkan input untuk tingkat output tertentu. Sementara itu, economic efficiency mengandung pengertian yang lebih luas dari pada productive efficiency. Konsep ini mencakup pengertian pemilihan yang optimal dari tingkat dan kombinasi (levels and mixes) input dan output berdasarkan reaksi terhadap harga-harga pasar. Untuk menjadi efisien, sebuah perusahaan harus berusaha mengoptimalkan pencapaian sasaran ekonomis (economic goal), seperti minimalisasi biaya atau maksimalisasi keuntungan. Dalam hal ini, economic efficiency menghendaki tercapainya productive efficiency dan allocative efficiency. Dari uraian ini dapat dilihat bahwa Barr et al. mengemukakan tiga konsep efisiensi, yaitu productive efficiency, allocative efficiency, dan economic efficiency.
Yi-Kai Chen (2001) dalam penelitiannya mengenai efisiensi lembaga perbankan memberikan konsep efisiensi yang agak berbeda dari yang telah dikemukakan di atas. Menurut peneliti ini, efisiensi lembaga perbankan dapat dipecah menjadi empat macam efisiensi yaitu scale efficiency, scope efficiency, pure technical efficiency, dan allocative efficiency. Scale efficiency adalah pengukuran tingkat efisiensi berkaitan dengan skala usaha bank yang biasanya digambarkan oleh jumlah assetnya. Penelitian yang dilakukan oleh Humphrey (1990) mengungkapkan bahwa kurva average cost industri perbankan berbentuk U-shape agak datar dimana kelompok bank berskala medium terlihat sedikit lebih efisien dibandingkan dengan kelompok bank berskala besar dan beskala kecil. Walaupun demikian, penelitian ini tidak dapat menunjukkan secara tepat titik terendah dari kurva U-shape tersebut sebagai titik efisiennya (the scale efficient point).
Scope efficiency mengukur tingkat efisiensi bank berkaitan dengan ruang lingkup (scope) usaha bank. Efisiensi diukur berdasarkan tingkat scope of economies. Jika terdapat scope of economies berarti bank yang mempunyai produk beragam (multiple products) lebih efisien dari pada bank spesialis. Sebaliknya, dalam keadaan terdapat scope diseconomies maka bank spesialis beroperasi secara lebih efisien dibandingkan dengan bank dengan multiple products.
Technical efficiency berkaitan dengan maksimalisasi output atau minimalisasi input sementara allocative efficiency berkaitan dengan pemilihan kombinasi input yang yang tepat. Berkaitan dengan ini, Farrel (1957) telah mengemukakan bahwa efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu: (1) technical efficiency, dan (2) allocative efficiency. Technical efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mencapai tingkat output yang maksimal pada tingkat input tertentu. Sedangkan allocative efficiency menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memilih kombinasi input yang optimal pada tingkat harga dan teknologi tertentu. Selanjutnya kedua pengukuran ini dapat dikombinasikan untuk menghasilkan suatu pengukuran yang lebih luas yang dikenal dengan “total economic efficiency,” atau cost efficiency bila yang menjadi perhatian adalah cost bukan produksi.
Pada akhir-akhir ini, penelitian mengenai efisiensi lembaga perbankan banyak memberikan perhatian pada masalah X-efficiency yang didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara biaya minimum yang seharusnya dikeluarkan dengan realisasi biaya yang sesungguhnya dikeluarkan untuk memproduksi tingkat output tertentu. Karena biaya minimum yang seharusnya dikeluarkan merupakan titik efficient frontier maka X-inefficiency dapat diartikan sebagai deviasi dari efficient frontier. Deviasi tersebut dapat disebabkan oleh penggunaan input yang berlebihan (technical inefficiency) dan kesalahan dalam pemilihan kombinasi input (allocative inefficiency). Konsep X-inefficiency ini diperkenalkan oleh Leibenstein (1966) yang menyatakan bahwa, karena berbagai alasan, orang dan organisasi biasanya tidak bekerja sekeras dan se-efektif kemampuan maksimalnya. Menurut penelitian terhadap lembaga-lembaga perbankan di Amerika Serikat ternyata bahwa X-inefficiencies lebih besar dan cenderung mendominir scale dan scope inefficiencies.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, batasan dan pengembangan konsep efisiensi dapat dirumuskan sebagai berikut. Tahap awal dari konsep efisiensi adalah technical efficiency yang memusatkan perhatian pada kemampuan perusahaan menggunakan input dalam menghasilkan output dibandingkan dengan best practice. Selanjut perhatian juga diarahkan pada kemampuan perusahaan untuk memilih kombinasi yang optimal dari input pada tingkat output dan harga input tertentu sehingga muncul konsep allocative efficiency. Kombinasi dari kedua pengukuran ini menghasilkan cost efficiency atau X-efficiency. Bahkan beberapa peneliti, seperti Barr et al. dan Berger & Mester sudah memasukkan kombinasi ini kedalam kategori economic efficiency meskipun ruang lingkup pengertian economic efficiency ternyata berkembang lebih luas lagi. Tahap terakhir adalah pengembangan konsep economic efficiency dengan mempertimbangkan aspek-aspek lainnya seperti profit, ruang lingkup usaha (scope), dan skala usaha (scale).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar