Dalam mengukur efisiensi lembaga perbankan, langkah pertama
yang perlu dilakukan adalah menjelaskan konsep efisiensi yang akan digunakan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Berger and Mester (1997), salah satu sumber
perbedaan hasil penelitian efisiensi adalah perbedaan konsep yang dipakai.
Terdapat berbagai konsep efisiensi yang dikemukakan oleh para peneliti meskipun
pada akhirnya dapat di cari titik temu dalam pengertiannya.
Berger dan Mester mengemukakan 3 konsep efisiensi ekonomis
(economic efficiency) yang dianggapnya paling penting, yaitu: (1) cost
efficiency, (2) standard profit efficiency, dan (3) alternative
profit efficiency. Cost efficiency mengukur tingkat kedekatan jumlah
biaya yang dikeluarkan oleh suatu bank dengan jumlah biaya yang dikeluarkan
oleh bank terbaik (best practice bank) untuk menghasilkan jumlah output
yang sama dalam kondisi yang sama. Semakin dekat bank tersebut kepada bank
terbaik yang menjadi acuan maka akan semakin tinggi tingkat efisiensinya.
Sebaliknya, semakin jauh bank tersebut dari bank terbaik akan semakin rendah
tingkat efisiensinya.
Berbeda dengan cost efficiency, pendekatan standard
profit efficiency menggunakan variabel laba (profit) sebagai
pengganti variabel biaya (cost). Standard profit efficiency
mengukur seberapa dekat sebuah bank kepada tingkat maksimum profit yang mungkin
dihasilkan pada tingkat tertentu harga-harga input dan output. Pendekatan
ketiga, alternative profit efficiency, merupakan pengembangan terbaru
yang cukup menarik dalam analisa efisiensi. Pendekatan ini bisa membantu bila
beberapa asumsi yang mendasari pendekatan cost efficiency dan standard
profit efficiency tidak terpenuhi. Konsep efisiensi ini mengukur
seberapa dekat suatu bank kepada perolehan profit maksimum dengan tingkat
output tertentu, bukan tingkat harga dari output.
Agak berbeda dengan kategori di atas, Barr, et al. (1999)
membedakan konsep efisiensi ke dalam 2 kategori, yaitu productive efficiency
dan economic efficiency. Productive efficiency mengukur perbadingan
tingkat input terhadap tingkat output. Untuk menjadi efisien sebuah perusahaan
harus memaksimalkan output pada tingkat input tertentu atau meminimalkan input
untuk tingkat output tertentu. Sementara itu, economic efficiency
mengandung pengertian yang lebih luas dari pada productive efficiency.
Konsep ini mencakup pengertian pemilihan yang optimal dari tingkat dan
kombinasi (levels and mixes) input dan output berdasarkan reaksi
terhadap harga-harga pasar. Untuk menjadi efisien, sebuah perusahaan harus berusaha
mengoptimalkan pencapaian sasaran ekonomis (economic goal), seperti
minimalisasi biaya atau maksimalisasi keuntungan. Dalam hal ini, economic
efficiency menghendaki tercapainya productive efficiency dan allocative
efficiency. Dari uraian ini dapat dilihat bahwa Barr et al. mengemukakan
tiga konsep efisiensi, yaitu productive efficiency, allocative
efficiency, dan economic efficiency.
Yi-Kai Chen (2001) dalam penelitiannya mengenai efisiensi
lembaga perbankan memberikan konsep efisiensi yang agak berbeda dari yang telah
dikemukakan di atas. Menurut peneliti ini, efisiensi lembaga perbankan dapat
dipecah menjadi empat macam efisiensi yaitu scale efficiency, scope
efficiency, pure technical efficiency, dan allocative
efficiency. Scale efficiency adalah pengukuran tingkat efisiensi
berkaitan dengan skala usaha bank yang biasanya digambarkan oleh jumlah
assetnya. Penelitian yang dilakukan oleh Humphrey (1990) mengungkapkan bahwa
kurva average cost industri perbankan berbentuk U-shape agak
datar dimana kelompok bank berskala medium terlihat sedikit lebih efisien
dibandingkan dengan kelompok bank berskala besar dan beskala kecil. Walaupun
demikian, penelitian ini tidak dapat menunjukkan secara tepat titik terendah
dari kurva U-shape tersebut sebagai titik efisiennya (the scale
efficient point).
Scope efficiency mengukur tingkat efisiensi bank berkaitan dengan ruang
lingkup (scope) usaha bank. Efisiensi diukur berdasarkan tingkat scope
of economies. Jika terdapat scope of economies berarti bank
yang mempunyai produk beragam (multiple products) lebih efisien dari
pada bank spesialis. Sebaliknya, dalam keadaan terdapat scope diseconomies
maka bank spesialis beroperasi secara lebih efisien dibandingkan dengan bank
dengan multiple products.
Technical efficiency berkaitan dengan maksimalisasi output atau minimalisasi
input sementara allocative efficiency berkaitan dengan pemilihan
kombinasi input yang yang tepat. Berkaitan dengan ini, Farrel (1957) telah
mengemukakan bahwa efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen,
yaitu: (1) technical efficiency, dan (2) allocative efficiency. Technical
efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mencapai tingkat output
yang maksimal pada tingkat input tertentu. Sedangkan allocative efficiency
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memilih kombinasi input yang optimal
pada tingkat harga dan teknologi tertentu. Selanjutnya kedua pengukuran ini
dapat dikombinasikan untuk menghasilkan suatu pengukuran yang lebih luas yang
dikenal dengan “total economic efficiency,” atau cost efficiency
bila yang menjadi perhatian adalah cost bukan produksi.
Pada akhir-akhir ini, penelitian mengenai efisiensi lembaga
perbankan banyak memberikan perhatian pada masalah X-efficiency yang
didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara biaya minimum yang seharusnya
dikeluarkan dengan realisasi biaya yang sesungguhnya dikeluarkan untuk
memproduksi tingkat output tertentu. Karena biaya minimum yang seharusnya
dikeluarkan merupakan titik efficient frontier maka X-inefficiency
dapat diartikan sebagai deviasi dari efficient frontier. Deviasi
tersebut dapat disebabkan oleh penggunaan input yang berlebihan (technical
inefficiency) dan kesalahan dalam pemilihan kombinasi input (allocative
inefficiency). Konsep X-inefficiency ini diperkenalkan oleh
Leibenstein (1966) yang menyatakan bahwa, karena berbagai alasan, orang dan
organisasi biasanya tidak bekerja sekeras dan se-efektif kemampuan maksimalnya.
Menurut penelitian terhadap lembaga-lembaga perbankan di Amerika Serikat
ternyata bahwa X-inefficiencies lebih besar dan cenderung mendominir scale
dan scope inefficiencies.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, batasan dan
pengembangan konsep efisiensi dapat dirumuskan sebagai berikut. Tahap awal dari
konsep efisiensi adalah technical efficiency yang memusatkan perhatian
pada kemampuan perusahaan menggunakan input dalam menghasilkan output
dibandingkan dengan best practice. Selanjut perhatian juga diarahkan
pada kemampuan perusahaan untuk memilih kombinasi yang optimal dari input pada
tingkat output dan harga input tertentu sehingga muncul konsep allocative
efficiency. Kombinasi dari kedua pengukuran ini menghasilkan cost efficiency
atau X-efficiency. Bahkan beberapa peneliti, seperti Barr et al. dan
Berger & Mester sudah memasukkan kombinasi ini kedalam kategori economic
efficiency meskipun ruang lingkup pengertian economic efficiency
ternyata berkembang lebih luas lagi. Tahap terakhir adalah pengembangan konsep economic
efficiency dengan mempertimbangkan aspek-aspek lainnya seperti profit,
ruang lingkup usaha (scope), dan skala usaha (scale).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar